Relevansi Pemikiran Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara dalam Kurikulum Merdeka Belajar
DOI:
https://doi.org/10.64688/jpe.v1i1.6Abstrak
Artikel ini membahas relevansi pemikiran Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara terkait Kurikulum Merdeka Belajar (KMB), menggunakan metode kajian pustaka sebagai pendekatan penelitian. Penulis mengkaji berbagai literatur tentang pemikiran Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara serta KMB untuk menemukan hubungan antara ketiganya. Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa pemikiran Paulo Freire dan Ki Hajar Dewantara memiliki relevansi yang kuat terkait pengembangan KMB. Paulo Freire menekankan pada pentingnya pendidikan yang kritis dan pembebasan, sedangkan Ki Hajar Dewantara mengajarkan konsep pendidikan karakter yang holistik dan terintegrasi. Keduanya memiliki pandangan yang serupa dalam hal pengembangan manusia yang mandiri, kritis, dan berkarakter.Dalam penerapannya, KMB memadukan pendekatan pendidikan kritis dan pembebasan Paulo Freire serta pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan siswa yang mandiri, kritis, dan berkarakter. KMB memberikan ruang dan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan diri, mengeksplorasi potensi diri, dan mengembangkan kemampuan interpersonal yang baik. Selain itu, KMB juga menekankan pada pengembangan sikap bertanggung jawab, saling menghargai, dan memperkuat nilai-nilai yang berlandaskan pada keberagaman dan persatuan.
Kata Kunci: Pemikiran Paulo Freire, Ki Hajar Dewantara, KMB, Pendidikan kritis, Pendidikan pembebasan, Pendidikan karakter
Abstract
This article discusses the relevance of Paulo Freire and Ki Hajar Dewantara's thoughts in the Merdeka Belajar curriculum, using a literature review method as a research approach. The author examined various literature on the thoughts of Paulo Freire and Ki Hajar Dewantara as well as the Merdeka Belajar curriculum to find the relationship between them. It is show that Paulo Freire and Ki Hajar Dewantara's thoughts strongly relevance in the development of the Merdeka Belajar curriculum. Paulo Freire emphasizes the importance of critical education and liberation, while Ki Hajar Dewantara teaches the concept of holistic and integrated character education. Both have similar views on the development of independent, critical, and characterful humans. In its application, the Merdeka Belajar curriculum combines Paulo Freire's critical education and liberation approach with Ki Hajar Dewantara's character education to develop independent, critical, and characterful students. The Merdeka Belajar curriculum provides space and opportunities for students to develop themselves, explore their potential, and develop good interpersonal skills. In addition, the Merdeka Belajar curriculum also emphasizes the development of responsible attitudes, mutual respect, and strengthening values based on diversity and unity.
Keywords: Paulo Freire's thoughts, Ki Hajar Dewantara, Merdeka Belajar curriculum, Critical education, Liberation education, Character education